*****
Suara baku tembak terdengar sangat dekat saat pasangan suami istri Yahudi tua sedang menyantap makan malam mereka, mengalahkan suara sirine yang meraung di penjuru kota. Golda, sang istri, berbicara pada suaminya, “tunggu apa lagi? Ayo, sembunyi di bunker!”
“Tidak. Aku tidak mau kesana lagi. Terlalu kotor. Bahkan kotoran manusia bisa berserakan di sana.” Jawab Gilad, suaminya.
“Kita kemana?”
Gilad menunjuk ke arah sebuah pohon yang rindang yang telah ditanam di pekarangannya sejak 20 tahun lalu. “Kesana! Ghorqod akan melindungi kita.”
Mereka berdua menyudahi makan malam mereka dengan segera dan terburu-buru menyelinap ke dalam Pohon Ghorqod. Tapi begitu sampai di Pohon itu, mereka terkejut melihat seseorang bersembunyi di dalamnya.
“Noam, sedang apa kamu di sini?” Tanya Gilad kepada tetangganya.
“Izinkan aku bersembunyi di sini. Di sini masih lapang untuk kalian berdua.” Pinta Noam.
“Tidak. Kami tidak mau berbagi dengan orang lain. Pergi!”
“Aku tidak mau pergi dari sini.”
Mendengar sikap keras kepala Noam, Gilad mengeluarkan sepucuk pistol dari saku bajunya. “Pergi!” ujarnya.
Melihat sepucuk pistol itu, Noam terburu-buru keluar dari persembunyian. “Aku harus sembunyi di mana? Aku tak mau mati!” Teriaknya sembari menangis.
“Mengapa kamu tidak sembunyi di bunker? Terserah kamu sembunyi di mana. Di sana ada puing reruntuhan rumah. Batu-batu itu akan menyembunyikanmu dengan aman. Segera pergi!” Gilad menunjuk ke suatu tempat.
Berlari Noam menuju arah yang ditunjuk Gilad. Dan masing-masing orang sudah berada di tempat persembunyiannya.
Sementara itu suara baku tembak terdengar lebih dekat. Pasukan Palestina berhasil memasuki kota Tel Aviv. Bahkan mereka sudah mengirimkan pesan kepada setiap penduduk Tel Aviv melalui SMS untuk segera meninggalkan kota karena mereka akan merebutnya melalui pertempuran bersenjata.
Dari balik Pohon Ghorqod, Gilad melihat tank Merkava di persimpangan jalan tak jauh dari rumahnya.
“Kita akan aman. IDF akan menghabisi tentara Palestina.” Bisiknya pada Golda yang wajahnya terlihat pucat. Mencoba menenangkan.
Tapi baru selesai Gilad mengucap kata-kata itu, sebuah tembakan terlihat menuju sebuah reruntuhan puing, tempat bersembunyi Noam, disusul dengan suara jeritan.
Mulut Golda menganga. “Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Noam tertembak padahal ia sudah bersembunyi di tempat yang tak terlihat?” Tanya Golda pada suaminya.
“Diamlah. Saat ini tak ada tempat yang lebih aman selain pohon ini. Batu dan pohon lain tidak bisa dipercaya saat ini. Mereka akan memberitahu pasukan Palestina bahwa ada yang bersembunyi di balik mereka.” Ujar Gilad penuh kepanikan.
Suasana sangat mencekam. Di depan mata mereka kemudian terlihat Merkava berhasil diledakkan oleh sebuah Rocket Propelled Grenade (RPG) anti tank. Dan tak lama kemudian rumah mereka pun terkena ledakan. Runtuh di salah satu sisinya meski tak mengenai pasangan suami istri Yahudi tua itu yang sedang bersembunyi di balik Pohon Ghorqod.
Gilad dan Golda bergetar menyaksikan pemandangan itu. Berpelukan, mereka berdua menangis sejadi-jadinya. Rumah yang mereka bangun dan tempati bertahun-tahun lamanya hancur sudah. Dan pasangan suami istri Yahudi tua itu hanya bisa pasrah melihat api melalap rumah dan isinya. Sementara suasana di luar semakin tak menentu. Api menyala di mana-mana. Dentuman di mana-mana. Pesawat F-16 dan Helikopter Apache milik Israel berjatuhan. Malam itu, saat awan mendung menelan bulan, begitu terang oleh api yang dilentikkan oleh mesiu.
“Kita tak akan selamat. Sampai kapan kita bersembunyi di pohon ini?” teriak Golda yang menangis meratap. “Orang-orang Palestina itu akan merebut kembali tanah yang sudah kita rebut dari mereka.”
Gilad melihat ke atas pada sebuah batang. Telah tergantung dua utas tali di sana.
“Istriku, kita telah berjanji untuk mati di tanah ini. Kita berjanji untuk tidak akan pernah pergi dari tanah ini walaupun harus mati. Tapi bukan mati dengan cara dibunuh oleh muslim,” ujar Gilad.
Golda mengerti maksud suaminya. Berdua mereka menggapai tali yang menjuntai yang membentuk simpul dengan sebuah lubang sebesar kepala manusia. Mereka memasukkan kepalanya ke dalam tali itu, dan memenuhi janjinya: mati di tanah harapan.
******
Keterangan:
* Ghorqod adalah pohon milik umat Yahudi, sebagaimana yang Rasulullah sabdakan: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga muslimin memerangi yahudi. Mereka diperangi oleh muslimin sehingga orang yahudi bersembunyi dibalik batu dan pohon. Batu dan pohon itu berkata: Wahai muslim, wahai hamba Allah, Ini dia yahudi berada dibelakangku, kemarilah dan bunuhlah dia. Melainkan pohon Ghorqod. Sesungguhnya ia adalah daripada pohon Yahudi”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah meramalkan tentang peperangan antara Umat Muslim melawan Yahudi di penghujung zaman, sampai-sampai Yahudi bersembunyi di pohon dan batu atas serangan Umat Muslim. Namun hanya Pohon Ghorqod yang sedikit aman buat mereka.
Saat ini pemerintah Israel tengah menggalakkan penanaman Pohon Ghorqod di negara mereka dengan berkedok reboisasi. (sumber: islamedia.web.id)
3 Comments
aku hanya sebuah telur dan umurku hanya beberapa minggu, tanpa kedatangan mani aku akan mati, dengan kedatangan mani, aku hidup dengan lebih lama yaitu beberapa bulan dengan duniaku yang semakin besar, serta perlindungan-Nya pula, aku dihadirkan kedunia yang penuh warna. dengan umur jauh lebih lama lagi yaitu beberapa tahun…akupun termenung ? waktu jadi telur apa yang telah kulakukan sebelum mani datang ? dan apakah yang kulakukan setelah mani datang ? semuanya sebuah misteri yang tak terjawabkan….? sekarang diduniaku yang penuh warna, adakah aku seperti gelas ? ataukah aku seperti botol kosong ditepi laut ? andaikan aku seperti botol lalu diisikan air laut, akankah sudah aku memahami lautan ? aku hanya diam ….. karena setelah ini akupun akan pergi ketempat yang lebih misteri…?
yang pasti ini adalah dongeng, bukan kisah nyata. Buktinya, Gilad dan Golda mati bunuh diri, dan tetangganya juga mati. Lalu siapa yang mengkisahkan? apakah arwah Gilad dan Golda?
nice