Kopdar dengan Rama, The Blind Blogger

Pernahkan Anda berada pada saat-saat paling menyedihkan dalam hidup Anda? Saat ketika kita merasa bahwa cobaan hidup yang diberikan Tuhan sudah tidak lagi bisa kita hadapi. Jika pernah, mungkin ada yang harus dikoreksi pada diri kita. TUHAN TIDAK PERNAH MEMBERIKAN COBAAN YANG MELEBIHI BATAS KEMAMPUAN HAMBAHNYA.

Ujian dan cobaan adalah kemestian yang harus kita hadapi sampai Allah mengetahui siapa diantara kita yang benar-benar bersyukur atau tidak. Allah SWT telah banyak memberikan nikmat kepada kita, sedemikian banyaknya bahkan kita tidak mampu mengitungnya. Sedasyat apapun ujian atau cobaan yang diberikan Tuhan terhadap kita masih jauh lebih kecil dengan nikmat yang telah kita terima. Diantara nikmat yang berikan Allah SWT kepada kita adalah MATA. Apakah pernah kita membayangkan jikalau Allah SWT mencabut nikmat yang satu ini. Hidup menjadi ngeri, gelap, tidak bisa beraktifitas, bepergian, kuliah. Aktifitas kita selalu membutuhkan bantuan orang, tidak bisa lagi ngeblog, chating, main musik atau game…

Tapi itu semua tidak berlaku bagi mas Rama, ya.., Eko Ramadidya Adikara. Perjumpaan saya dengan mas Rama di acara Lokakarya Gerakan Zakat untuk Indonesia di Balikpapan – Kaltim sangat menginspirasi dan menggugah diri bahwa betapa Allah SWT. telah memberikan karunia dan nikmat yang begitu besar kepada saya. Bahwa Allah telah membekali diri saya dengan kondisi fisik yang sempurna tapi karya apa yang telah saya perbuat? Prestasi apa yang sudah bisa saya banggakan? Apa yang sudah saya perbuat bagi umat dan bangsa? Melainkan hanya kecengengan, keluan, ratapan, keserakahan, dan keputusasaan. – sudahkah saya bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan kepada saya?-

Eko Ramadidya Adikara. Profesinya: game music composer, blogger, motivator, penulis, wartawan, dan editor. Lalu istimewanya? Tidak ada. Kecuali bahwa dia menjalani semua profesi itu dalam kegelapan. Ya, Rama adalah seorang tunanetra!

Tapi, jangan pandang sebelah mata. Walau sudah tunanetra sejak lahir, Rama mampu melakukan pekerjaan yang sudah biasa dilakukan orang yang berpenglihatan. Sejak kecil, keluarga Rama memang tidak membeda-bedakan Rama dengan anak-anak yang lain. Ketika Rama ingin bermain di luar rumah, orang tua Rama tidak pernah melarang. Dan, luar biasanya, Rama sadarkalau dirinya tunanetra baru pada umur tujuh tahun. Itu pun dari teman-teman bermainnya.

Kisah hidup Rama kian menarik ketika kesukaannya pada games, membawanya terlibat dalam penataan musik Nintendo untuk video games Super Smash Brothers Brawl yang dirilis 10 Februari 2008. Sejak itu dia rajin menggubah musik. Karya komposisi musik yang sudah dibuatnya lebih dari seratus buah. Tiga di antaranya dipakai untuk tema lagu permainan Final Fantasy VII, sebuah permainan buatan Jepang yang sangat terkenal di kalangan pencinta games komputer, termasuk Indonesia.

Pada 2003, Rama menciptakan dan mendirikan http://www.ramaditya.com/ blog yang dia ciptakan dan desain sendiri. Blog ini dilengkapi musik latar yang juga digubahnya sendiri. Bagaimana dia bisa bekerja di atas laptop yang selalu dibawa kemana pun dia pergi? Bagaimana pula Rama mengerti perintah komputer yang jumlahnya tak terhitung itu?

Saya meninggalkan huruf Braille sejak sepuluh tahun lalu saat teknologi pembaca layar (screen reader) hadir. Bagi saya itu sebuah revolusi. Sampai sekarang praktis saya tidak menggunakan Braille lagi. Saya bisa membaca buku atau menulis di komputer seperti mereka yang berpenglihatan normal; kata Rama, yang baru tahu kalau dirinya tunanetra pada umur tujuh tahun.

Kawan, mas Rama seakan ingin meledek kita: dengan kondisi kita yang relatif lengkap ini, sudah berapa karya dan prestasi yang telah kita hasilkan?

BLIND POWER, berdamai dengan kegelapan. Ini adalah buku otobiografi yang ditulis dan disunting sendiri oleh Rama. Masa kecilnya, musik-musik game gubahannya, hobinya membaca, film-film yang disukainya, dan petualangan cintanya … tertuang seluruhnya dalam buku ini. Kini Rama mengisi hari-harinya bersama lima orang bidadari, yaitu: Wahita, Tiara, Lala, Aurora, dan Darth Aurora. Siapakah mereka?

Buku otobiografi Rama ini diterbitkan oleh Penerbit Grafidia, sebuah imprint dari Penerbit Grafindo yang berpayung di bawah bendera PT Grafindo Media Pratama. Jauh sebelum buku ini diluncurkan, antusiasme dari berbagai pihak sudah bermunculan. Harapan kami, buku ini bisa menggugah dan memberi banyak inspirasi dan semangat untuk Bangsa.

Di Balikpapan setelah mengisi Inspiring di acara Lokakarya Gerakan zakat, saya berpesan kepada mas Rama sebelum balik ke jakarta: “Mas Rama, Insya Allah nanti kami undang dan kita ketemu di Bali”, kemudian dijawab oleh mas Rama: “Insya Allah, yang penting ada Indomie rebus ya!” katanya dibarengi senyuman yang sangat manis.

Itulah kopdar saya yang pertama dengan mas Rama, semoga nanti bisa kopdar lagi di Bali. Sementara kami bisa kopud (kopi udara) via blog kita masing-masing atau YM an. Kunjungi dan link blognya mas Rama di sini.

Bagikan ke teman : 😍👍

6 Comments

  1. Maaf, saya sebagai tunanetra (anak bangsa) bukan bermaksud iri hati atau tidak senang melihat teman sesama tunanetra maju. namun, saya merasa sangat kecewa ketika rama (idola) anda saat ini, mengeluarkan pernyataan ”Saya meninggalkan huruf Braille sejak sepuluh tahun lalu saat teknologi pembaca layar (screen reader) hadir. Bagi saya itu sebuah revolusi. Sampai sekarang praktis saya tidak menggunakan Braille lagi. …” dimanakah sikap menghargai braile? apakah dia lupa akan siapa yang telah bersusah payah membuat ia pintar? ia pintar karena braile.. ia pintar karena ada si penemu braile.. tegnologi memang maju, tetapi braile tidak boleh terlupakan. karena itulah, pintu utama tunanetra meraih kesuksesan. ada begitu banyak teman-teman tunanetra yang sukses karena braile. bapak Didi Tarsidi, ia saat ini adalah Doktor pada UPI bandung. apakah anda dapat bayangkan? seorang Tunanetra menjadi doktor? Bapak Bambang basuki, adalah directur exekutif yayasan mitranetra jakarta.. apakah anda dapat bayangkan, bagaimana tunanetra bisa menjadi direktur? suratim adalah seorang diler resmi dari alat-alat untuk tunanetra termasuk screen reader yang dipakai rama. apakah anda dapat bayangkan bagaimana tunanetra bisa berjualan? kartunet.com lahir dari 4 tunanetra yang punya misi untuk mengangkat nama teman tunanetra.. apakah anda dapat bayangkan bagaimana tunanetra membuat website? bukan sekadar blog… tetapi website yang terus berkembang fitur-fiturnya.. membuat milis diskusi, dan mengajak rekan-rekan IT indonesia untuk gabung dan berdiskusi. masih banyak kisah sukses lain yang tak bisa saya jabarkan, tetapi paling tidak ini juga menjadi referensi tambahan bagi anda (penulis) untuk turut memperkaya wawasan anda. dari semua kisah sukses yang saya tulis, tidak satupun yang melupakan braile. kecuali rama. maaf, saya mewakili tunanetra indonesia merasa kecewa dengan pernyataan ”Saya meninggalkan huruf Braille sejak sepuluh tahun lalu saat teknologi pembaca layar (screen reader) hadir. Bagi saya itu sebuah revolusi. Sampai sekarang praktis saya tidak menggunakan Braille lagi. …” pernyataan itu bagi kami adalah pernyataan yang terkesan “sombong..”

  2. @Anonymous: Subhanallah, Maha Suci dan Maha Kuasa Allah SWT. yang menjadikan segala sesuatu di luar bayangan saya. Inilah bukti kelemahan saya sebagai manusia.

    Informasi yang Anda berikan tentang batapa banyaknya orang seperti Anda (Anonymous) dengan kisah suksesnya semakin mengingatkan saya akan kebesaran Allah.

    Dan saya tidak biasa mengidolakan seseorang selain Muhammad Saw sebagai teladan yang terbaik.

    Kisah-kisah yang luar biasa seperti Anda, Rama dan lainnya adalah sungguh memberikan motivasi dan inspirasi bagi saya untuk berkarya dan berbuat lebih baik, untuk diri dan orang lain.

    Terimakasih atas komentar, dan masukannya. Semoga Allah menerima segala amal dan karya baik yang kita lakukan. Amin

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media

Terpopuler

Kategori