Ramadhan adalah bulan Solidaritas dan Peduli

Di Bali pemerintah menghadapi penduduk miskin sebanyak 181.700 orang yang tercatat Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali hingga Maret 2009. Artinya gemerlap dan kemolekan Bali dengan ‘kemashuran’ tempat wisatanya tidak lepas dari fenomena sosial ini. Katanya pemerintah daerah telah berupaya mempercepat pengurangan angka kemiskinan dengan berbagai upaya dan program yang menyentuh kepentingan masyarakat kurang mampu.

Nabi Yusuf as ketika menduduki jabatan teras di bidang logistik di pemerintahan, beliau selalu menjalani puasa dan membiasakan diri lapar. Ditanyakan kepadanya, ”Mengapa Tuan berlapar-lapar, sedangkan tuan memegang gudang-gudang kekayaan bumi?” Utusan Allah yang diberikan wajah tampan ini menjawab, ”Aku khawatir, jika aku kenyang akan melupakan orang-orang yang lapar.”

Saudaraku, sekarang kita berada di dalamnya bulan ramadhan. Dalam khutbah yang panjang menjelang masuk bulan Ramadhan, Rasulullah saw menyampaikan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan solidaritas dan peduli, seperti petikan sabdanya:

وَ شَهْرُ الْمُوَاسَاةِ
(Bulan Ramadhan) adalah bulan muwasat; yaitu bulan solidaritas dan peduli.

Secara etimologi arti solidaritas adalah kesetiakawanan atau kekompakkan. Solidaritas salah satu bagian dari nilai Islam yang humanistik-transendental. Wacana solidaritas bersipat kemanusiaan dan mengandung nilai adiluhung, tidaklah aneh kalau solidaritas ini merupakan keharusan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi !. Memang mudah mengucapkan kata solidaritas tetapi kenyataannya dalam kehidupan manusia sangat jauh sekali.

Dan keshalehan sosial ini bisa diukur dengan parameter orang bersangkutan berbuat amal shaleh dan proyek kebaikan lainnya. Karena iman dan amal menjadi mata rantai yang harus sinergis, oleh karena itu keduanya tampil menjadi mainstream dalam sebuah perubahan sosial. Akan sulit kiranya, sebuah perubahan jika iman hanya disandarkan pada keshalehan vertikal (mahdhah) tanpa dibarengi dengan keshalehan sosial (amal shleh) yang lebih memihak kepada persoalan kemanusiaan.

Tentang nilai kebaikan solidaritas ini Allah SWT berfirman dalam Al-Quran berbunyi:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَاب

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya” (QS. Al-Maidah: 2).

Inilah pondasi nilai Islam yang merupakan sistem sosial, dimana dengannya martabat manusia terjaga, begitu juga akan mendatangkan kebaikan bagi pribadi, masyarakat dan kemanusiaan tanpa membedakan suku, bahasa dan agama.

Bulan Ramadhan adalah bulan muwasah dalam arti peduli. Rasa peduli adalah ibarat batu bata untuk bangunan yang bernama kasih sayang. Tanpa adanya kepedulian tidak mungkin terdapat rasa kasih dan sayang pada seseorang. Adapun yang dimaksud dengan Kepedulian adalah kesanggupan untuk peka terhadap kebutuhan orang lain dan kesanggupan untuk turut merasakan perasaan orang lain serta menempatkan diri dalam keadaan orang lain (empati).

Setiap manusia pada dasarnya diberikan kecintaan terhadap harta benda sebagai bagian dari naluri mempertahankan diri. Kecintaan ini memicu lahirnya sikap bakhil (pelit dan kikir) serta individualis, mementingan diri sendiri dan enggan berbagi. Salah satu hikmah dan rahasia berpuasa adalah memupuk solidaritas, persamaan derajat, kasih sayang, tepa selira, kepedulian sesama dan kesetiakawanan sosial. Dengan hikmah dan rahasia puasa ini, manusia dilatih agar dapat meminimalisasi sikap bakhil dan individualis yang ada dalam dirinya sehingga dia mau berbagi dengan orang lain. Dengan puasa, orang akan merasakan betapa sakit dan perihnya menahan lapar, padahal itu hanya sementara waktu. Perasaan ini akan mengingatkan mereka kepada sebagian saudaranya yang dhuafa yang senantiasa merasakan lapar dan dahaga sepanjang waktu.

Aksi praktik langsung solidaritas sosial yang umumya dilakukan pada waktu bulan puasa diantaranya adalah :
1. Memberikan makanan berbuka kepada orang – orang berpuasa
2. Memberikan zakat fitrah
3. Memperbanyak sedekah
4. Menyegerakan zakat maal
5. Mmembayar fidyah bagi orang – orang yang tidak mampu menjalankan puasa

Atas dasar inilah, semestinya dengan puasa keberadaan kaum dhuafa yang penting ini lebih diperhatikan dengan menumbuhkan sikap peduli, belas kasih, solidaritas, setia kawan, dan semacamnya untuk mengangkat dan mengentaskannya dari kemiskinan. Dengan kepedulian ini diharapkan akan mampu mengurangi kesenjangan atau gap yang kian hari kian terbuka lebar antara kaum borjuis dan proletar. Bila kepedulian sesama manusia ini sudah tumbuh dan terjalin serasi maka keadilan, kemakmuran, dan kemajuan optimis dapat tercapai.

Diantara yang termasuk Muwasah adalah:
1. Mendoakan kaum muslimin
2. Bersilaturahmi.
3. Solidaritas dalam Perlawanan, yaitu kewajiban kaum Muslimin membela agama dan negaranya dan juga memperjuangkan nasib kaum atau bangsa yang mengalami penderitaan dan kesusahan; yang dilakukan dengan memberikan perhatian, bantuan dan uluran tangan.

Karena umat Islam seumpama satu jasad, jika satu anggota mengaduh rasa sakit seluruh tubuh akan merasa demam.


.::.Alim Mahdi.::.

Bagikan ke teman : 😍👍

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Sosial Media

Terpopuler

Kategori