Selain itu, film layar perak dengan durasi 1,5 jam itu juga menyoroti krisis sosial yang kini dirasakan semakin ‘meledak’, kata Garin Nugroho di Denpasar, Senin.
Di sela-sela pemotongan tumpeng tanda dimulainya penggarapan film yang sebagian besar pengambilan gambarnya dilakukan di Pulau Dewata, Garin menyatakan keprihatinannya tentang semakin melebarnya krisis sosial dan lingkungan di masyarakat.
Menurut dia, krisis lingkungan terjadi setelah terlebih dahulu diawali dengan munculnya krisis sosial, yakni ketidakberdayaan masyarakat kebanyakan dalam bidang ekonomi.
“Kalau tidak ada daya upaya, tentu perhatian mereka pada lingkungan. Ya…dirusaklah hutan untuk memenuhi kebutuhan,” ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Garin menyebutkan, di masa mendatang krisis model ini akan terus meluas jika tidak dilakukan upaya optimal untuk menanggulangi krisis sosial di masyarakat.
“Penanggulangan krisis dan kerusakan lingkungan harus dimulai dari pemecahan masalah sosial,” kata jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) angkatan 1980 itu.
Mengingat itu, lanjut dia, masalah sosial dan lingkungan, menjadi begitu penting untuk digunjingkan dan dipersoalkan dalam film UNDER THE TREE, yang pengambilan gambarnya direncanakan selama kurang lebih 20 hari di Pulau Dewata.
Ditanya bahwa UNDER THE TREE mendompleng isu yang tengah digeliatkan pada Konferensi PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), Garin dengan tegas membantahnya.
“Barangkali PBB yang meniru ide saya, yang sesungguhnya sudah sejak dahulu kala saya ingin menyoroti berbagai hal yang menyangkut kerusakan lingkungan,” ucapnya menandaskan.
UNDER THE TREE yang merupakan karya Garin yang ke-10, dalam penggarapannya melibatkan sejumlah artis ibukota, di samping ratusan seniman dan budayawan Bali.
Pengambilan gambar film di Pulau Dewata, antara lain akan dilakukan di kawasan wisata Sanur, Tampak Siring, Karangasem, dan perkampungan seniman Ubud.
“Pengambilan gambar film yang mengetengahkan sosok anak-anak dan perempuan Bali itu, membutuhkan waktu sekitar dua pekan, termasuk dengan menyelipkan adegan pentas magis ‘Calon Arang’,” katanya.
Film ke-10 itu dikerjakan Garin setelah sutradara yang memulai karirnya lewat film CINTA DALAM SEPOTONG ROTI 1991 itu, sukses besar lewat karyanya yang ke-9, “Opera Jawa”, yang mampu menembus kancah perfilman di sejumlah negara. (kpl/rit). Dari sini